Minggu, 06 Januari 2013

PENGARUH BAHASA DAERAH TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA


KATA PENGANTAR
            Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, karena berkat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tentu banyak hambatan dan kendala yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun, berkat bantuan semua pihak, utamanya bimbingan, dan petunjuk guru bidang studi, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
            Terima kasih yang mendalam kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah mendukung sehingga selesainya makalah ini.
1.      Bapak kepala sekolah SMAN 1 SINJAI TENGAH yang telah mengizinkan dan memberikan kami kesempatan kepada kami dalam menyusun makalah ini.
2.      Ibu Suarni S.Pd, sebagai guru pembimbing bahasa Indonesia yang banyak membantu kami dalam menyusun makalah kami.
3.      Kedua orang tua kami yang telah banyak memberikan bantuan moril dan material dalam penyelesaian makalah ini.
4.      Semua keluarga dan teman teman yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami mempersembahkan makalah ini. Semoga dapat membuahkan hasil yang besar bagi seluruh kalangan. Serta kritik dan saran senantiasa kami harapkan dari pembaca sebagai bahan perbandingan dalam pengembangan makalah kami selanjutnya.


Penulis

A.Vivi Nurinda Sari, Dkk













DAFTAR ISI
1.      Kata pengantar                        …………………………………………….   1
2.      Daftar isi                                 …………………………………………….   2
3.      Bab I Pendahuluan                 …………………………………………….   3
a.       Latar belakang                        ……………………………………………..  3
b.      Rumusan masalah       ……………………………………………..  3
c.       Tujuan penulisan         …………………………………………….   3
d.      Manfaat penulisan       …………………………………………….   4
4.      Bab II Kajian teori                  ……………………………………………..  5
a.       Pengertian bahasa       ……………………………………………..  5
b.      Pengertian bahasa Indonesia   ……………………………………..  5
c.       Pengertian bahasa daerah        …………………………………….   6
d.      Dampak penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia       7
5.      Bab III Metode penelitian      …………………………………………….   9
a.       Lokasi dan waktu penelitian   ……………………………………    9
b.      Desain penelitian         …………………………………………….   9
c.       Objek penelitian          …………………………………………….   9
d.      Populasi dan sampel    …………………………………………….   9
e.       Teknik pengumpulan data       …………………………………….   9
6.      Bab IV Hasil penelitian          ……………………………………………    10
7.      Bab V Penutup                       ……………………………………………    13
a.       Kesimpulan                 ……………………………………………    14
b.      Saran                           …………………………………………….   14
8.      Daftar pustaka                                    …………………………………………….   15














BAB I
PENDAHULUAN
I.Latar belakang
Seperti yang kita ketahui, banyak sekali bahasa daerah digunakan sebagai bahasa berkomunikasi setiap harinya di masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan tidak semua masyarakat memahami penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Selain itu masyarakat merasa canggung menggunakan bahasa Indonesia yang baku di luar acara formal atau resmi. Oleh karena itu, masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia yang telah terafiliasi oleh bahasa daerah, baik secara pengucapaan maupun arti bahasa tersebut. Kebiasaan penggunaan bahasa daerah ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa resmi negara Indonesia.
Bahasa sangatlah berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.Seiring dengan perkembangan era globalisasi yang makin maju maka tingkat bahasa juga sangat penting.Tapi kita lihat sekarang ini bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan dalam melakukan komunikasi satu sama lain.Fenomena ini sangat banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari di kalangan orang tua,tapi yang lebih parahnya lagi para remaja atau anak sekolah juga sudah mengikuti dialek-dialek tersebut.Mengingat masalah ini bukan hanya di hadapi oleh orang tua saja bahkan sudah berpengaruh di kalangan siswa.Maka pada kesempatan ini kami ingin menfangkat judul “Pengaruh bahasa Daerah Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia”.Dan kami jadikan siswa SMA I SINJAI TENGAH sebagai sampel penelitian kami karena kami melihat para siswa sangat rentang dengan adanya perubahan.
Penelitian ini kami lakukan untuk menambah pengetahuan kami masalah  pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia.Sehingga dapat di jadikan sebagai sebuah pertimbangan,agar tidak ada lagi pengguna bahasa secara  bersamaan dan perlu dapat perhatian yang lebih serius dalam rangka membentuk remaja-remaja yang pandai menggunakan bahasa yang sesuai dengan tata bahasa yang ada.
II.Rumusan masalah
            Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagaimana  pengaruh  bahasa daereh  terhadap  penggunaan  bahasa  Indonesia
2. Apa  tindakan  yang harus  dilakukan  untuk  mencegah  pnggunaan  bahasa  daerah
   terhadap  bahasa  Indonesia

III.Tujuan  Penelitian
            Berikut tujuan penelitian makalah ini :
1.      Untuk mengetahui penggunaan bahasa daerah terhadap  penggunaan bahasa Indonesia
2.       Untuk  mengetahui tindakan pencegahan penggunaan bahasa campuran (bahasa daerah dan Bahasa Indonesia )

IV. Manfaat Penelitian
            Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1.      Penulis dapat nengetahui keterkaitan penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia
2.      Masyarakat dapat mengerti  tentang  penggunaan  bahasa  yang  sesuai  dengan  tata  bahasa yang baik.























BAB II
KAJIAN TEORI
1. Pengertian bahasa
 Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga merupakan perwujudan tingkah laku manusia baik lisan maupun tulisan sehingga orang dapat mendengar, mengerti, serta merasakan apa yang dimaksud. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin dipergunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk menjalin hubungan antara sesama manusia.
Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa, bila makna tidak terkandung di dalamnya. Apakah setiap arus ujaran mengandung makna atau tidak, haruslah dilihat dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian terhimpunlah bermacam-macam susunan bunyi yang satu berbeda dari yang lain, yang masing-masing mengandung suatu makna tertentu bersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat.
Makna kata baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Kalau lepas dari konteks kalimat, makna kata itu umum dan kabur.tetapi penggunaan secara khusus, dalam bidang kegiatan tertentu. Penggunaan kata secara cermat sehingga maknanya pun tepat.
Perkembangan makna mencakup segala hal tentang makna yang berkembang, berubah, dan bergeser. Gejala perubahan makna sebagai akibat dari perkembangan makna oleh para pemakai bahasa. Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan pikiran manusia.
2.Pengertian bahasa indonesia
 Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia[2]. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagai bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, Bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah.[Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Di tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini menjadi Balai Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah pimpinan D.A. Rinkes, melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecil di berbagai sekolah pribumi dan beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan.[12] Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan,
"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.
2. Pengertian Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah kecil, negara bagian federal atau provinsi, atau daerah yang lebih luas
Definisi dalam hukum internasional
Dalam rumusan Piagam Eropa untuk Bahasa-Bahasa Regional atau Minoritas:"bahasa-bahasa daerah atau minoritas" adalah bahasa-bahasa yang:
  1. secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga negara dari negara tersebut, yang secara numerik membentuk kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya di negara tersebut; dan
  2. berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut.
3.Pengaruh Penggunaan Bahasa Daerah Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia
Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan pengaruh terhadap bahasa yang akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya bahasa formal atau resmi yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh, seorang anak memiliki ibu yang berasal dari daerah Sekayu sedangkan ayahnya berasal dari daerah Pagaralam dan keluarga ini hidup di lingkungan orang Palembang. Dalam mengucapkan sebuah kata misalnya “mengapa”, sang ibu yang berasal dari Sekayu mengucapkannya ngape (e dibaca kuat) sedangkan bapaknya yang dari Pagaralam mengucapkannya ngape (e dibaca lemah) dan di lingkungannya kata “mengapa” diucapkan ngapo. Ketika sang anak mulai bersekolah, ia mendapat seorang teman yang berasal dari Jawa dan mengucapkan “mengapa” dengan ngopo. Hal ini dapat menimbulkan kebinggungan bagi sang anak untuk memilih ucapan apa yang akan digunakan.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya dan bahasa daerah merupakan keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang harus dilestarikan. Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan kebudayaannya. Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah menandakan identitas dan ciri khas masing-masing daerah. Masyarakat yang merantau ke ibukota Jakarta mungkin lebih senang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah dengan orang berasal dari daerah yang sama, salah satunya dikarenakan agar menambah keakraban diantara mereka. Tidak jarang pula orang mempelajari sedikit atau hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah yang tidak dikuasainya agar terjadi suasana yang lebih akrab. Beberapa kata dari bahasa daerah juga diserap menjadi Bahasa Indonesia yang baku, antara lain kata nyeri (Sunda) dan kiat (Minangkabau).
3.Dampak penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia
Berikut beberapa pengaruh atau dampak penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia:
1. Dampak positif bahasa daerah
i)        Bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata.
ii)       Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.
iii)     Sebagai identitas dan ciri khas dari suatu suku dan daerah.
iv)     Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi.
2)      Dampak Negatif:
i)        Bahasa daerah yang satu sulit dipahami oleh daerah lain.
ii)       Warga negara asing yang ingin belajar bahasa Indonesia menjadi kesulitan karena terlalu banyak kosakata.
iii)    Masyarakat menjadi kurang paham dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baku karena sudah terbiasa menggunakan bahasa daerah.
iv)      Dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Pada bahasa-bahasa daerah di Indonesia juga terdapat beberapa kata yang sama dalam tulisan dan pelafalan tetapi memiliki makna yang berbeda, berikut beberapa contohnya:
1.      Suwek dalam bahasa Sekayu (Sumsel) bermakna tidak ada.
Suwek dalam bahasa Jawa bermakna sobek.
2.       Kenek dalam bahasa Batak bermakna kernet (pembantu sopir).
Kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena.
3.       Abang dalam bahasa Batak dan Jakarta bermakna kakak.
Abang dalam bahasa Jawa bermakna merah.
4.       Mangga dalam bahasa Indonesia bermakna buah mangga.
Mangga dalam bahasa Sunda bermakna silakan.
5.       Maen dalam bahasa Indonesia bermakna bermain.
Maen dalam bahasa Batak bermakna gadis.
6.       Gedang dalam bahasa Sunda bermakna pepaya.
Gedang dalam bahasa Jawa bermakna pisang.
7.       Cungur dalam bahasa Sunda bermakna sejenis kikil.
Cungur dalam bahasa Jawa bermakna hidung.
8.       Jagong dalam bahasa Sunda bermakna jagung.
Jagong dalam bahasa Jawa bermakna duduk.
9.      Nini dalam bahasa Sunda bermakna nenek.
Nini dalam bahasa Batak bermakna anak dari cucu laki-laki.
10.  Tulang dalam bahasa Indonesia bermakna tulang.
Tulang dalam bahasa Batak bermakna abang atau adik dari ibu.
11.  Iba dalam bahasa Indonesia bermakna merasa kasihan.
Iba dalam bahasa Batak bermakna saya.
12.  Bere dalam bahasa Sunda bermakna memberi.
Bere dalam bahasa Batak bermakna anak dari kakak atau adik perempuan kita.
Melalui beberapa contoh itu ternyata penggunaan bahasa daerah memiliki tafsiran yang berbeda dengan bahasa lain. Jika hal tersebut digunakan dalam situasi formal seperti seminar, lokakarya, simposium, proses belajar mengajar yang pesertanya beragam daerahnya akan memiliki tafsiran makna yang beragam. Oleh karena itu, penggunaan bahasa daerah haruslah pada waktu, tempat, situasi, dan kondisi yang tepat.




























BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan waktu penelitian
            Penelitian lokasi yang akan dijadikan objek penelitian merupakan hal yang tidak dipisahkan dalam makalah ini yang berjudul”PENGARUH BAHASA DAERAH TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA.”
            Oleh sebab itu,penulis mengkhususkan lokasi dan waktu penilitian dilakukan di lingkungan sekolah agar sampel yang diambil benar-benar berdasarkan penelitian dan pengamatan yang langsung ditujukan kepada sebagian siswa.
B.Desain penelitian
            Dalam penyusunan makalah ini,penulis melakukan penelitian dengan menggunakan angket yang bersifat membandingkan langsung antara remaja yang sering menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan.
C.Objek penelitian
Objek penelitian telah disesuaikan dengan judul makalah yaitu”PENGARUH BAHASA DAERAH TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INBONESIA SECARA BERSAMAAN”Dimana penelitian difokuskan terhadap sebagaian yunior anggota PMR SMA NEGERI 1 SINJAI TENGAH yang belum memahami dengan jelas pengaruh bahasa daerah terhadap penggunaan bahasa Indonesia
D.Populasi dan sampel
            Populasi sebagai objek penelitian adalah keselruan siswa sebanyak 20 orang anggota PMR yang ada di SMA NEGERI 1 SINJAI TENGAH yang dijadikan sebagai responden.Mengingat keterbatasan waktu,maka dalam penelitian ini penulis mengambil 20 orang anggota PMR untuk  dijadikan sampel.
E.Teknik pengumpulan data
            1.Riset perpustakaan
Riset perpustakaan dikumpulkan berbagai defenisi dan teori-teori melalui    referensi buku pendidikan dan isinya dapat mendukung variabel judul penelitian yang dilakukan melalui perpustakaan.buku-buku pelajaran kami ambil dari beberapa media seperti internet dan media massa lainnya.
            2.Riset lapangan
Dalam riset lapangan ini dilakukan pendekatan langsung terhadap objek yang diteliti.Dalam metode ini dilakukan penyebaran angket yaitu kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan penbagian angket pada sebagian anggota PMR WIRA UNIT 0211 SMA NEGERI 1 SINJAI TENGAH,Yang kemudian angket ini di isi oleh masing-masing anggota kemudian dikembalikan kepada penulis.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Apakah anda pernah menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan ?
Responden
Nilai
Persentase
Ya
9
45%
Tidak
11
55 %
Jumlah
20
100 %
            Tabel 1 : Dari tabel 1 responden yang menjawab “tidak” lebih besar persentasenya yaitu 55 % dibandingkan dengan responden yang menjawab “ya” yaitu 45 %
2.Menurut anda, apakah ada dampak dampak negatif dari penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan.
Responden
Nilai
Persentase
Ya
11
55 %
Tidak
9
45 %
Jumlah
20
100 
            Tabel 2 : dari tabel 2 responden yang menjawab “ya” lebih besar persentasenya yaitu 55% di bandingkan dengan responden yang menjawab ” tidak “ yaitu 45%.
3.Apakah anda setujuh apabila bahasa daerah dan bahasa Indonesia digunakan secara bersamaan ?
Responden
Nilai
Persentase
Ya
5
25%
Tidak
15
75%
Jumlah
20
100%
Tabel 3 : Dari tabel 3 responden yang menjawab “tidak” lebih besar persentasenya yaitu 75 % dibandingkang dengan responden yang menjawab  “ ya ” yaitu 25 %.
4 . Apakah ada manfaat terhadap penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara barsamaan?
Responden
Nilai
Persentase
Ya
7
35%
Tidak
13
65%
Jumlah
20
100%
Tabel 4 : Dari tabel 4 responden yang menjawab”tidak”lebih besar presentasenya yaitu 65% dibandingkan dengan responden yang menjawab “ya” yaitu 35%.
5.  Apakah anda setuju apabila bahasa daerah di ambil sebagai bahasa serapan dalam bahasa Indonesia?


Responden
Nilai
Persentase
Ya
5
25%
Tidak
15
75%
Jumlah
20
100%
Tabel 5 : Dari tabel 5 responden yang menjawab “tidak”lebih besar presentasenya yaitu 75% disbanding dengan responden yang menjawab “ya” yaitu 25%
6. Apakah anda setuju dikatakan kolot atau kampungan apabila menggunakan bahasa daerah ?
Responden
Nilai
Persentase
Ya
3
15%
Tidak
17
85%
Jumlah
20
100%
Tabel 6 : Dari tabel 6 responden yang menjawab “  tidak  ” lebih besar presentasenya yaitu 85% dibanding dengan responden yang menjawab “ ya ” yaitu 15%.
7.Apakah anda percaya diri apabila bahasa daereh dan bahasa Indonesia digunakan secara bersamaan?
Responden
Nilai
Persentase
Ya
7
35%
Tidak
13
65%
Jumlah
20
100%
Tabel 7 : Dari tabel 7 responden yang menjawab “ tidak ” lebih besar persentasenya yaitu 65 % dibandingkan dengan responden  yang menjawab “ ya ” yaitu 35%.
8. Setujukah anda apabila bahasa daerah dihilangkan dalam penggunaan bahasa Indonesia ?
Responden
Nilai
Persentase
Ya
8
40 %
Tidak
12
60 %
Jumlah
20
100 %
            Tabel 8 : Dari tabel 8 responden yang menjawab “ tidak ” lebih besar persentasenya dibandingkan dengan  responden yang menjawab “ ya “ yaitu 40 %.
9. Apakah dengan menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan, anda bisa dikatakan gaul ?
Responden
Nilai
Persentase
Ya
4
20 %
Tidak
16
80 %
Jumlah
20
100 %
Tabel 9 : Dari tabel 9  responden yang menjawab “ tidak ” lebih banyak 0 % yaitu dibandingkan responden yang menjawab “ ya ” yaitu 20 %.
10. Apakah bahasa daerah sangat berpengaruh terhadap bahasa Indonesia ?
Responden
Nilai
Persentase
Ya
6
30 %
Tidak
14
70 %
Jumlah
20
100 %
Tabel 10 : Dari tabel 10 responden yang menjawab “ tidak ” lebih besar persentasenya yaitu 70 % dibandingkan dengan responden yang menjawab “ ya ” yaitu 30 %.   


























BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Studi ini dititik beratkan pada pokok masalah mengenai penggunaan bahasa daerah tehadap penggunaan bahasa Indonesia. Maka berdasarkan analisis data yang dikemukakan dalam makalah ini, kami mengemukakan kesimpulan sebagai berikut :
1. Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik anak agar berbahasa Indonesia yang baik dan benar
2. Bahasa daerah merupakan bahasa etnis yang harus dijaga sebagai budaya yang menjadi pemersatu dalam etnis itu sendiri, namun penggunaannya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta tidak mempergunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan karena dapat mengurangi maupun menambah makna dari kata yang di ucapkan dan juga sangat berpengaruh terhadap etika berbahasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dapat meningkatkan wawasan pengetahuan siswa tentang bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta segala makna yang ada di dalamnya.
B.     Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian kami, maka kami dapat mengemukakan saran diantaranya :
1.      Diperlukan kesadaran dari pembaca agar mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta beretika.
2.      Hindari penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan karena dapat megurangi makna dari bahasa itu sendiri dan juga agar suku lain tidak tersinggung akan bahasa daerah dari suku yang satu dng adanya kata yang sama namun arti berbeda.
3.      Sebaiknya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar dapat di realiasaikan dalam kehidupan sehari hari melalui metode-metode tertentu.







DAFTAR PUSTAKA
http//www. Google.co.id
http//www.wikipedia.com