KATA PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, karena berkat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Tentu banyak hambatan dan kendala yang kami hadapi dalam
penyusunan makalah ini. Namun, berkat bantuan semua pihak, utamanya bimbingan,
dan petunjuk guru bidang studi, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terima
kasih yang mendalam kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah mendukung
sehingga selesainya makalah ini.
1.
Bapak kepala sekolah SMAN 1 SINJAI
TENGAH yang telah mengizinkan dan memberikan kami kesempatan kepada kami dalam
menyusun makalah ini.
2.
Ibu Suarni S.Pd, sebagai guru pembimbing
bahasa Indonesia yang banyak membantu kami dalam menyusun makalah kami.
3.
Kedua orang tua kami yang telah banyak
memberikan bantuan moril dan material dalam penyelesaian makalah ini.
4.
Semua keluarga dan teman teman yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kami dalam
penyusunan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami
mempersembahkan makalah ini. Semoga dapat membuahkan hasil yang besar bagi
seluruh kalangan. Serta kritik dan saran senantiasa kami harapkan dari pembaca
sebagai bahan perbandingan dalam pengembangan makalah kami selanjutnya.
Penulis
A.Vivi Nurinda Sari, Dkk
DAFTAR
ISI
1. Kata
pengantar ……………………………………………. 1
2. Daftar
isi ……………………………………………. 2
3. Bab
I Pendahuluan ……………………………………………. 3
a. Latar
belakang …………………………………………….. 3
b. Rumusan
masalah …………………………………………….. 3
c. Tujuan
penulisan ……………………………………………. 3
d. Manfaat
penulisan ……………………………………………. 4
4. Bab
II Kajian teori …………………………………………….. 5
a. Pengertian
bahasa …………………………………………….. 5
b. Pengertian
bahasa Indonesia …………………………………….. 5
c. Pengertian
bahasa daerah ……………………………………. 6
d. Dampak
penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia 7
5. Bab
III Metode penelitian ……………………………………………. 9
a. Lokasi
dan waktu penelitian …………………………………… 9
b. Desain
penelitian ……………………………………………. 9
c. Objek
penelitian ……………………………………………. 9
d. Populasi
dan sampel ……………………………………………. 9
e. Teknik
pengumpulan data ……………………………………. 9
6. Bab
IV Hasil penelitian …………………………………………… 10
7. Bab
V Penutup …………………………………………… 13
a. Kesimpulan …………………………………………… 14
b. Saran
……………………………………………. 14
8. Daftar
pustaka ……………………………………………. 15
BAB I
PENDAHULUAN
I.Latar belakang
Seperti yang kita
ketahui, banyak sekali bahasa daerah digunakan sebagai bahasa berkomunikasi
setiap harinya di masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan tidak semua
masyarakat memahami penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Selain itu
masyarakat merasa canggung menggunakan bahasa Indonesia yang baku di luar acara
formal atau resmi. Oleh karena itu, masyarakat lebih cenderung menggunakan
bahasa Indonesia yang telah terafiliasi oleh bahasa daerah, baik secara
pengucapaan maupun arti bahasa tersebut. Kebiasaan penggunaan bahasa daerah ini
sedikit banyak akan berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang
merupakan bahasa resmi negara Indonesia.
Bahasa sangatlah
berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.Seiring dengan perkembangan era
globalisasi yang makin maju maka tingkat bahasa juga sangat penting.Tapi kita
lihat sekarang ini bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan dalam
melakukan komunikasi satu sama lain.Fenomena ini sangat banyak kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari di kalangan orang tua,tapi yang lebih parahnya lagi
para remaja atau anak sekolah juga sudah mengikuti dialek-dialek
tersebut.Mengingat masalah ini bukan hanya di hadapi oleh orang tua saja bahkan
sudah berpengaruh di kalangan siswa.Maka pada kesempatan ini kami ingin
menfangkat judul “Pengaruh bahasa Daerah
Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia”.Dan kami jadikan siswa SMA I SINJAI
TENGAH sebagai sampel penelitian kami karena kami melihat para siswa sangat
rentang dengan adanya perubahan.
Penelitian ini kami
lakukan untuk menambah pengetahuan kami masalah
pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia.Sehingga dapat di
jadikan sebagai sebuah pertimbangan,agar tidak ada lagi pengguna bahasa
secara bersamaan dan perlu dapat
perhatian yang lebih serius dalam rangka membentuk remaja-remaja yang pandai
menggunakan bahasa yang sesuai dengan tata bahasa yang ada.
II.Rumusan masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh
bahasa daereh terhadap penggunaan
bahasa Indonesia
2. Apa
tindakan yang harus dilakukan
untuk mencegah pnggunaan
bahasa daerah
terhadap bahasa Indonesia
III.Tujuan Penelitian
Berikut
tujuan penelitian makalah ini :
1. Untuk
mengetahui penggunaan bahasa daerah terhadap penggunaan bahasa Indonesia
2. Untuk
mengetahui tindakan pencegahan penggunaan bahasa campuran (bahasa daerah
dan Bahasa Indonesia )
IV. Manfaat Penelitian
Manfaat
dari penelitian ini yaitu:
1. Penulis
dapat nengetahui keterkaitan penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia
2. Masyarakat
dapat mengerti tentang penggunaan
bahasa yang sesuai
dengan tata bahasa yang baik.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
1.
Pengertian bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota
masyarakat berupa lambang bunyi, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa
juga merupakan perwujudan tingkah laku manusia baik lisan maupun tulisan
sehingga orang dapat mendengar, mengerti, serta merasakan apa yang dimaksud.
Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara
rutin dipergunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk menjalin hubungan
antara sesama manusia.
Setiap bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa, bila makna
tidak terkandung di dalamnya. Apakah setiap arus ujaran mengandung makna atau
tidak, haruslah dilihat dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu.
Setiap kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional
telah sepakat bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti
tertentu pula. Dengan demikian terhimpunlah bermacam-macam susunan bunyi yang
satu berbeda dari yang lain, yang masing-masing mengandung suatu makna tertentu
bersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat.
Makna kata
baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Kalau lepas dari
konteks kalimat, makna kata itu umum dan kabur.tetapi penggunaan secara khusus,
dalam bidang kegiatan tertentu. Penggunaan kata secara cermat sehingga maknanya
pun tepat.
Perkembangan
makna mencakup segala hal tentang makna yang berkembang, berubah, dan bergeser.
Gejala perubahan makna sebagai akibat dari perkembangan makna oleh para pemakai
bahasa. Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan pikiran manusia.
2.Pengertian bahasa indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa
resmi
Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa
Indonesia[2].
Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.
Di Timor
Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagai bahasa
kerja.
Dari sudut
pandang linguistik,
Bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa
Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari
abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya
sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses
pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali
sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari
kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap
digunakan.Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari
varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru,
baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa
daerah dan bahasa asing.
Meskipun
dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia
bukanlah bahasa
ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan
salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.
Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari
(kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa
ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di
perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat
resmi, dan berbagai forum publik lainnya,sehingga dapatlah dikatakan bahwa
Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi dan tata bahasa
Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah.[Dasar-dasar
yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu
beberapa minggu.
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari
bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan
pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai
lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah
memiliki kitab-kitab rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam
standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah
dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan
ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai
terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Pada awal abad
ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Di
tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda)
mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah
Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris
mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan
Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu
(dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Intervensi
pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur
("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini
menjadi Balai Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah
pimpinan D.A. Rinkes, melancarkan
program Taman Poestaka dengan
membentuk perpustakaan kecil di berbagai sekolah pribumi dan
beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan program ini sangat pesat,
dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan.[12]
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan
bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928. Penggunaan
bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad
Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada
Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan,
"Jika mengacu pada
masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada
dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan
Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan
menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."
Selanjutnya
perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh
sastrawan Minangkabau,
seperti Marah
Rusli, Abdul
Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam
Effendi, Idrus,
dan Chairil
Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis,
maupun morfologi bahasa Indonesia.
2. Pengertian Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah
suatu bahasa yang
dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara
kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah kecil, negara
bagian federal atau provinsi, atau
daerah yang lebih luas
Definisi dalam hukum internasional
Dalam rumusan Piagam Eropa untuk
Bahasa-Bahasa Regional atau Minoritas:"bahasa-bahasa
daerah atau minoritas" adalah bahasa-bahasa yang:
- secara tradisional digunakan dalam wilayah
suatu negara, oleh warga negara dari negara tersebut, yang secara numerik
membentuk kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya di negara
tersebut; dan
- berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa
resmi) dari negara tersebut.
3.Pengaruh
Penggunaan Bahasa Daerah Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia
Keanekaragaman budaya
dan bahasa daerah mempunyai peranan dan pengaruh terhadap bahasa yang akan
diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya bahasa formal atau resmi
yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh, seorang anak memiliki ibu yang berasal dari
daerah Sekayu sedangkan ayahnya berasal dari daerah Pagaralam dan keluarga ini
hidup di lingkungan orang Palembang. Dalam mengucapkan sebuah kata misalnya
“mengapa”, sang ibu yang berasal dari Sekayu mengucapkannya ngape (e dibaca
kuat) sedangkan bapaknya yang dari Pagaralam mengucapkannya ngape (e dibaca
lemah) dan di lingkungannya kata “mengapa” diucapkan ngapo. Ketika sang anak
mulai bersekolah, ia mendapat seorang teman yang berasal dari Jawa dan
mengucapkan “mengapa” dengan ngopo. Hal ini dapat menimbulkan kebinggungan bagi
sang anak untuk memilih ucapan apa yang akan digunakan.
Akan tetapi tidak dapat
dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya dan bahasa daerah merupakan keunikan
tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang harus dilestarikan.
Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan Indonesia sebagai negara yang kaya
akan kebudayaannya. Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah menandakan identitas
dan ciri khas masing-masing daerah. Masyarakat yang merantau ke ibukota Jakarta
mungkin lebih senang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah dengan
orang berasal dari daerah yang sama, salah satunya dikarenakan agar menambah
keakraban diantara mereka. Tidak jarang pula orang mempelajari sedikit atau
hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah yang tidak dikuasainya agar terjadi
suasana yang lebih akrab. Beberapa kata dari bahasa daerah juga diserap menjadi
Bahasa Indonesia yang baku, antara lain kata nyeri (Sunda) dan kiat
(Minangkabau).
3.Dampak penggunaan bahasa daerah
terhadap bahasa indonesia
Berikut beberapa pengaruh atau dampak
penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia:
1. Dampak positif bahasa daerah
1. Dampak positif bahasa daerah
i)
Bahasa Indonesia memiliki banyak
kosakata.
ii) Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.
iii) Sebagai identitas dan ciri khas dari suatu
suku dan daerah.
iv) Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi.
2) Dampak
Negatif:
i)
Bahasa daerah yang satu sulit dipahami
oleh daerah lain.
ii) Warga negara asing yang ingin belajar bahasa
Indonesia menjadi kesulitan karena terlalu banyak kosakata.
iii) Masyarakat
menjadi kurang paham dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baku karena sudah
terbiasa menggunakan bahasa daerah.
iv) Dapat
menimbulkan kesalahpahaman.
Pada bahasa-bahasa
daerah di Indonesia juga terdapat beberapa kata yang sama dalam tulisan dan
pelafalan tetapi memiliki makna yang berbeda, berikut beberapa contohnya:
1.
Suwek dalam bahasa Sekayu (Sumsel)
bermakna tidak ada.
Suwek dalam bahasa Jawa bermakna sobek.
Suwek dalam bahasa Jawa bermakna sobek.
2.
Kenek dalam bahasa Batak bermakna kernet
(pembantu sopir).
Kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena.
Kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena.
3.
Abang dalam bahasa Batak dan Jakarta bermakna
kakak.
Abang dalam bahasa Jawa bermakna merah.
Abang dalam bahasa Jawa bermakna merah.
4.
Mangga dalam bahasa Indonesia bermakna buah
mangga.
Mangga dalam bahasa Sunda bermakna silakan.
Mangga dalam bahasa Sunda bermakna silakan.
5.
Maen dalam bahasa Indonesia bermakna bermain.
Maen dalam bahasa Batak bermakna gadis.
Maen dalam bahasa Batak bermakna gadis.
6.
Gedang dalam bahasa Sunda bermakna pepaya.
Gedang dalam bahasa Jawa bermakna pisang.
Gedang dalam bahasa Jawa bermakna pisang.
7.
Cungur dalam bahasa Sunda bermakna sejenis
kikil.
Cungur dalam bahasa Jawa bermakna hidung.
Cungur dalam bahasa Jawa bermakna hidung.
8.
Jagong dalam bahasa Sunda bermakna jagung.
Jagong dalam bahasa Jawa bermakna duduk.
Jagong dalam bahasa Jawa bermakna duduk.
9.
Nini dalam bahasa Sunda bermakna nenek.
Nini dalam bahasa Batak bermakna anak dari cucu laki-laki.
Nini dalam bahasa Batak bermakna anak dari cucu laki-laki.
10.
Tulang dalam bahasa Indonesia bermakna
tulang.
Tulang dalam bahasa Batak bermakna abang atau adik dari ibu.
Tulang dalam bahasa Batak bermakna abang atau adik dari ibu.
11.
Iba dalam bahasa Indonesia bermakna
merasa kasihan.
Iba dalam bahasa Batak bermakna saya.
Iba dalam bahasa Batak bermakna saya.
12.
Bere dalam bahasa Sunda bermakna
memberi.
Bere dalam bahasa Batak bermakna anak dari kakak atau adik perempuan kita.
Bere dalam bahasa Batak bermakna anak dari kakak atau adik perempuan kita.
Melalui beberapa
contoh itu ternyata penggunaan bahasa daerah memiliki tafsiran yang berbeda
dengan bahasa lain. Jika hal tersebut digunakan dalam situasi formal seperti
seminar, lokakarya, simposium, proses belajar mengajar yang pesertanya beragam
daerahnya akan memiliki tafsiran makna yang beragam. Oleh karena itu,
penggunaan bahasa daerah haruslah pada waktu, tempat, situasi, dan kondisi yang
tepat.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian
lokasi yang akan dijadikan objek penelitian merupakan hal yang tidak dipisahkan
dalam makalah ini yang berjudul”PENGARUH BAHASA DAERAH TERHADAP PENGGUNAAN
BAHASA INDONESIA.”
Oleh
sebab itu,penulis mengkhususkan lokasi dan waktu penilitian dilakukan di
lingkungan sekolah agar sampel yang diambil benar-benar berdasarkan penelitian
dan pengamatan yang langsung ditujukan kepada sebagian siswa.
B.Desain penelitian
Dalam
penyusunan makalah ini,penulis melakukan penelitian dengan menggunakan angket
yang bersifat membandingkan langsung antara remaja yang sering menggunakan
bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan.
C.Objek penelitian
Objek penelitian telah
disesuaikan dengan judul makalah yaitu”PENGARUH BAHASA DAERAH TERHADAP
PENGGUNAAN BAHASA INBONESIA SECARA BERSAMAAN”Dimana penelitian difokuskan
terhadap sebagaian yunior anggota PMR SMA NEGERI 1 SINJAI TENGAH yang belum
memahami dengan jelas pengaruh bahasa daerah terhadap penggunaan bahasa
Indonesia
D.Populasi dan sampel
Populasi
sebagai objek penelitian adalah keselruan siswa sebanyak 20 orang anggota PMR
yang ada di SMA NEGERI 1 SINJAI TENGAH yang dijadikan sebagai
responden.Mengingat keterbatasan waktu,maka dalam penelitian ini penulis
mengambil 20 orang anggota PMR untuk
dijadikan sampel.
E.Teknik pengumpulan data
1.Riset
perpustakaan
Riset perpustakaan dikumpulkan berbagai defenisi dan
teori-teori melalui referensi buku
pendidikan dan isinya dapat mendukung variabel judul penelitian yang dilakukan
melalui perpustakaan.buku-buku pelajaran kami ambil dari beberapa media seperti
internet dan media massa lainnya.
2.Riset
lapangan
Dalam riset lapangan ini dilakukan pendekatan
langsung terhadap objek yang diteliti.Dalam metode ini dilakukan penyebaran
angket yaitu kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan penbagian angket pada
sebagian anggota PMR WIRA UNIT 0211 SMA NEGERI 1 SINJAI TENGAH,Yang kemudian
angket ini di isi oleh masing-masing anggota kemudian dikembalikan kepada
penulis.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Apakah anda pernah menggunakan bahasa daerah dan
bahasa Indonesia secara bersamaan ?
Responden
|
Nilai
|
Persentase
|
Ya
|
9
|
45%
|
Tidak
|
11
|
55
%
|
Jumlah
|
20
|
100
%
|
Tabel
1 : Dari tabel 1 responden yang menjawab “tidak” lebih besar persentasenya
yaitu 55 % dibandingkan dengan responden yang menjawab “ya” yaitu 45 %
2.Menurut anda, apakah ada dampak dampak negatif
dari penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan.
Responden
|
Nilai
|
Persentase
|
Ya
|
11
|
55
%
|
Tidak
|
9
|
45
%
|
Jumlah
|
20
|
100
|
Tabel 2 : dari tabel 2 responden
yang menjawab “ya” lebih besar persentasenya yaitu 55% di bandingkan dengan
responden yang menjawab ” tidak “ yaitu 45%.
3.Apakah anda setujuh
apabila bahasa daerah dan bahasa Indonesia digunakan secara bersamaan ?
Responden
|
Nilai
|
Persentase
|
Ya
|
5
|
25%
|
Tidak
|
15
|
75%
|
Jumlah
|
20
|
100%
|
Tabel 3 : Dari tabel 3 responden
yang menjawab “tidak” lebih besar persentasenya yaitu 75 % dibandingkang dengan
responden yang menjawab “ ya ” yaitu 25
%.
4 . Apakah ada manfaat terhadap penggunaan bahasa
daerah dan bahasa Indonesia secara barsamaan?
Responden
|
Nilai
|
Persentase
|
Ya
|
7
|
35%
|
Tidak
|
13
|
65%
|
Jumlah
|
20
|
100%
|
Tabel 4 : Dari tabel 4 responden yang
menjawab”tidak”lebih besar presentasenya yaitu 65% dibandingkan dengan
responden yang menjawab “ya” yaitu 35%.
5. Apakah
anda setuju apabila bahasa daerah di ambil sebagai bahasa serapan dalam bahasa
Indonesia?
Responden
|
Nilai
|
Persentase
|
Ya
|
5
|
25%
|
Tidak
|
15
|
75%
|
Jumlah
|
20
|
100%
|
Tabel 5 : Dari tabel
5 responden yang menjawab “tidak”lebih besar presentasenya yaitu 75% disbanding
dengan responden yang menjawab “ya” yaitu 25%
6. Apakah anda setuju
dikatakan kolot atau kampungan apabila menggunakan bahasa daerah ?
Responden
|
Nilai
|
Persentase
|
Ya
|
3
|
15%
|
Tidak
|
17
|
85%
|
Jumlah
|
20
|
100%
|
Tabel
6 : Dari tabel 6 responden yang menjawab “
tidak ” lebih besar presentasenya
yaitu 85% dibanding dengan responden yang menjawab “ ya ” yaitu 15%.
7.Apakah anda percaya
diri apabila bahasa daereh dan bahasa Indonesia digunakan secara bersamaan?
Responden
|
Nilai
|
Persentase
|
Ya
|
7
|
35%
|
Tidak
|
13
|
65%
|
Jumlah
|
20
|
100%
|
Tabel
7 : Dari tabel 7 responden yang menjawab “ tidak ” lebih besar persentasenya
yaitu 65 % dibandingkan dengan responden
yang menjawab “ ya ” yaitu 35%.
8.
Setujukah anda apabila bahasa daerah dihilangkan dalam penggunaan bahasa
Indonesia ?
Responden
|
Nilai
|
Persentase
|
Ya
|
8
|
40
%
|
Tidak
|
12
|
60
%
|
Jumlah
|
20
|
100
%
|
Tabel 8 : Dari tabel 8 responden
yang menjawab “ tidak ” lebih besar persentasenya dibandingkan dengan responden yang menjawab “ ya “ yaitu 40 %.
9.
Apakah dengan menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan,
anda bisa dikatakan gaul ?
Responden
|
Nilai
|
Persentase
|
Ya
|
4
|
20
%
|
Tidak
|
16
|
80
%
|
Jumlah
|
20
|
100
%
|
Tabel
9 : Dari tabel 9 responden yang menjawab
“ tidak ” lebih banyak 0 % yaitu dibandingkan responden yang menjawab “ ya ”
yaitu 20 %.
10.
Apakah bahasa daerah sangat berpengaruh terhadap bahasa Indonesia ?
Responden
|
Nilai
|
Persentase
|
Ya
|
6
|
30
%
|
Tidak
|
14
|
70
%
|
Jumlah
|
20
|
100
%
|
Tabel 10 : Dari tabel 10 responden yang menjawab “
tidak ” lebih besar persentasenya yaitu 70 % dibandingkan dengan responden yang
menjawab “ ya ” yaitu 30 %.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Studi ini
dititik beratkan pada pokok masalah mengenai penggunaan bahasa daerah tehadap
penggunaan bahasa Indonesia. Maka berdasarkan analisis data yang dikemukakan
dalam makalah ini, kami mengemukakan kesimpulan sebagai berikut :
1.
Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik anak agar berbahasa Indonesia yang
baik dan benar
2.
Bahasa daerah merupakan bahasa etnis yang harus dijaga sebagai budaya yang
menjadi pemersatu dalam etnis itu sendiri, namun penggunaannya harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta tidak mempergunakan bahasa daerah
dan bahasa Indonesia secara bersamaan karena dapat mengurangi maupun menambah
makna dari kata yang di ucapkan dan juga sangat berpengaruh terhadap etika
berbahasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3.
Dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dapat meningkatkan
wawasan pengetahuan siswa tentang bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar serta segala makna yang ada di dalamnya.
B. Saran
Sehubungan
dengan hasil penelitian kami, maka kami dapat mengemukakan saran diantaranya :
1. Diperlukan
kesadaran dari pembaca agar mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar serta beretika.
2. Hindari
penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan karena dapat
megurangi makna dari bahasa itu sendiri dan juga agar suku lain tidak
tersinggung akan bahasa daerah dari suku yang satu dng adanya kata yang sama
namun arti berbeda.
3. Sebaiknya
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar dapat di realiasaikan
dalam kehidupan sehari hari melalui metode-metode tertentu.
DAFTAR
PUSTAKA
http//www.
Google.co.id
http//www.wikipedia.com